Mulai usia 10 minggu, janin sudah bisa mendengar suara-suara dari tubuh ibunya, seperti detak jantung, desir aliran darah, dan bahkan belaian pada perut ibu. Selanjutnya, sekitar usia 16 minggu, janin mulai bisa mendengar suara-suara dari luar tubuh ibu. Anda bisa membuktikannya dengan mengajak janin bicara ataupun memperdengarkan musik jenis apa saja. Sebagai reaksi, ia akan bergerak-gerak yang menandakan otaknya dapat menerima rangsangan dari luar. Hal ini tentu saja membuat ibu bahagia karena itulah tanda kehidupan di dalam rahimnya berjalan baik, dan bayi kecilnya kini sudah bisa diajak “berkomunikasi”.
Selain suara ibu, ayah, atau kakak si bayi, musik adalah bentuk rangsangan yang paling disarankan untuk memicu pertumbuhan sel otak janin. Seluruh anggota keluarga dapat menyanyi bersama atau rajin-rajinlah ibu memperdengarkan musik bagi janinnya. Tentu saja, pilih lagu dan musik yang bernada riang serta menenangkan, karena nuansa ini mampu menciptakan emosi yang seimbang, baik bagi janin maupun ibu. “Wanita hamil yang tidak stres dan tenang, tentu detak jantungnya akan lebih teratur. Keteraturan irama ini akan menenangkan bayi dalam kandungannya, yang bahkan juga bermanfaat saat persalinan,” kata Dra. Louise M. M. Psi, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, yang menekuni terapi musik bagi ibu hamil dan anak-anak.
KLASIK TERBUKTI EFEKTIF
Menurutnya, apapun jenis musik itu, selama berirama tenang dan mengalun lembut, pasti akan memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak. Jadi, oke saja kalau ibu pilih mendengarkan musik jazz, pop, atau tradisional selama hamil. “Hanya saja, musik klasiklah yang sudah diteliti secara ilmiah dan terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak. Sedangkan untuk jenis musik lainnya belum pernah.” Gubahan musik klasik ini, bila rajin diperdengarkan pada janin, akan memberikan efek keseimbangan emosi dan ketenangan. Dengan demikian, setelah lahir ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak cengeng dan mudah berkonsentrasi. Dengan modal ini, kemampuan bicaranya akan ikut terpacu, disusul kemampuan bersosialisasinya yang muncul lebih cepat.
Dengan kemampuan berkonsentrasi yang tinggi, anak juga lebih mudah menyerap informasi yang didapat dari lingkungan. “Nah, semakin banyak informasi yang dimilikinya, tentu semakin cerdas pula anak tersebut. Ini karena musik klasik bisa merangsang perkembangan otak anak, terutama yang berkaitan dengan daya penalaran, logika, dan kemampuan matematisnya.” Di usia sekolah, kemampuan berkonsentrasi ini tentu sangat berperan dalam membentuk prestasi, karena “Anak akan lebih mudah belajar,” papar Louise. Seperti kita ketahui, keluhan yang paling banyak disampaikan orang tua mengenai anak-anak usia sekolah adalah kurangnya kemampuan berkonsentrasi ini. Jika terapi musik ini diikuti dengan benar, besar kemungkinan anak-anak akan terhindar dari hal tersebut.
Namun, tak perlu khawatir kalau semasa hamil, ibu belum sempat memanfaatkan terapi musik ini, sebab, “Terapi musik tetap bisa dilakukan mulai sampai anak berusia 3 tahun, bahkan lebih,” ungkap Louise. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk segera memulainya. Untuk anak-anak yang sudah lebih besar, ada baiknya untuk mulai diperkenalkan dengan alat musik, sehingga mereka bisa bermain musik untuk dirinya sendiri.
MUSIK YANG DIANJURKAN DAN TIDAK
Namun, nyatanya tidak semua musik dianjurkan untuk diperdengarkan pada janin, bayi dan balita. “Yang tidak disarankan adalah musik dengan irama keras dan cepat, seperti irama rock, disco, serta rap. Musik yang terlalu keras akan membuat mereka tegang dan gelisah,” tambahnya. Jadi, bukan jenis musiknya yang boleh atau tidak boleh, tapi beat atau iramanya. Kalau pakar menganjurkan kita untuk menyimak dan memperdengarkan musik klasik, itu karena komposisinya yang sangat lengkap dan harmonis. Lalu, bagaimana dengan orang tua yang tidak menyukai musik klasik?
“Bisa jadi sebenarnya mereka bukan tidak suka, tapi tidak menyadari bahwa selama ini musik klasik selalu hadir dalam kehidupannya. Perhatikan, deh, saat menonton film kartun di teve, musik yang mengiringi biasanya jenis musik klasik,” tanggap Louise. Jadi sebaiknya orang tua belajar untuk mulai menyukainya lebih dulu. “Kalau ternyata tetap tidak suka, pilihlah jenis musik lain sepanjang iramanya mengalun lembut.” Setelah bayi lahir, jenis musik yang diperdengarkan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi saat itu. “Menjelang ia tidur, pilihlah musik instrumental yang tenang dan lembut. Dengan begitu, anak dapat segera terlelap,” saran Louise lagi. “Sebaliknya, untuk menemani anak bermain, pilih musik yang bernada riang dan gembira, sehingga ia merasa bersemangat untuk melakukan aktivitasnya.”
Mozart, Terbukti Paling Positif
Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya gubahan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, musik-musik karyanya memberikan efek paling positif bagi perkembangan janin, bayi dan anak-anak. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “efek Mozart”. Dibanding gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Komposisi yang disusunnya telah berhasil menghadirkan kembali keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam kandungan. “Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan, lo,” tukas Louise.
Efek Mozart
Dengan memperdengarkan Mozart secara teratur semenjak masa kehamilan, akan banyak efek positif yang bisa didapat. Di antaranya:
- Orang tua dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak bahkan sebelum ia dilahirkan.
- Musik ini dapat merangsang pertumbuhan otak selama masih dalam rahim dan pada awal masa kanak-kanak.
- Memberikan efek positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum dilahirkan.
- Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik.
- Meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk lancar dan mudahnya anak merangkak, berjalan, melompat dan berlari.
- Meningkatkan kemampuan berbahasa, perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.
- Meningkatkan kemampuan sosialnya.
- Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, matematika, dan kemampuan untuk mengingat serta menghapal.
- Membantu anak membangun rasa percaya dirinya.