Gangguan Jiwa pada Anak Dan Remaja


Gangguan Kajiwaan Pada AnakBanyak orangtua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja.
Penelitian baru menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.

para ilmuwan di AS dan Kanada menemukan bahwa anak-anak dengan tingkat residu pestisida yang tinggi dalam urin mereka, rentan mengalami ADHD.


ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
Ada beberapa gangguan jiwa pada anak dan remaja yang banyak ditemukan di klinik tumbuh kembang anak dan remaja rumah sakit. Berikut ini sebagian gangguan jiwa pada anak dan remaja yang biasanya membuat para orangtua cemas dan membawa anaknya ke dokter dan rumah sakit.

1. Retardasi Mental (Tuna Grahita)

 

Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap. Ini terutama ditandai hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik,dan sosial.

Retardasi mental kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Penyandang retardasi mental sering dieksploitasi dan diperlakukan salah secara fisik maupun seksual.
Retardasi mental dibagi dalam beberapa subtipe, retardasi mental ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Retardasi ringan misalnya: agak terlambat dalam belajar bahasa tapi sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap, dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar, dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik stimulasi intelektual.

Retardasi mental sedang. Mereka lambat dalam pengembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik terlambat. Penderita juga memerlukan pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa keterampilan dasar.

Retardasi mental berat. Keadaan mirip retardasi mental sedang tapi biasanya disertai kondisi fisik yang berat. Kebanyakan dengan hendaya motorik yang berat dan hal ini menunjukkan kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat

Retardasi mental sangat berat. Intelegensi diperkirakan kurang dari 20, yang berarti sangat terbatas kemampuannya untuk memahami atau mematuhi permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak (sangat terbatas dalam gerakannya), ngompol, dan hanya mampu mengadakan komunikasi isyarat yang belum sempurna. Mereka hanya mempunyai sedikit sekali kemampuan mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka. Mereka selalu memerlukan bantuan dan pengawasan.

Retardasi mental bisa disebabkan faktor genetik (kelainan metabolisme bawaan, kelainan kromosom, down syndrome), psikososial atau penyebab lain seperti trauma perinatal, trauma otak, radang otak, dll.

Penanganannya antara lain dengan mempersiapkan kemandirian, pemeriksaan ke psikiater, tes psikologi/tes intelegensi, diberi farmakoterapi, psikoterapi suportif individual, konseling keluarga, sekolah luar biasa.

SELAIN retardasi mental kelainan jiwa lainnya misalnya autisme. Biasanya tidak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tapi bila dijumpai abnormalitas tampak sebelum usia tiga tahun. Terdapat hendaya tiga bidang yaitu; interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.

Anak memperlihatkan reaksi yang adekuat terhadap isyarat sosial emosional. Kurang kemampuan bahasa dalam penggunaan sosial, kurang interaksi timbal balik dalam percakapan, kurang kreativitas dari fantasi dalam proses pikir, kurang responsif emosional terhadap ungkapan verbal dan nonverbal orang lain, kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi lisan.

Pola perilaku, minat, dan kegiatan terbatas pengulangan yang stereoptipik, karenanya anak cenderung bersikap kaku dan rutin dalam aspek kehidupan sehari-hari. Pada masa dini anak, terdapat kelekatan yang aneh terhadap benda yang tidak lembut. Sering juga terjadi penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau tata ruang seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam rumah.

Terdapat gejala lain yang tidak khas, seperti ketakutan, gangguan tidur atau makan, ngadat, agresifitas, mencederai diri seperti menggigit atau membeturkan kepala, dll. Pada 70% kasus ditemukan autisme infantil dengan retardasi mental.

Penanganan bisa dilakukan lewat terapi, farmakologik, konseling Keluarga.

GANGGUAN lainnya, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH). Pada gangguan ini terdapat ciri khas, yaitu berkurangnya perhatian, aktivitas berlebihan, dan impulsif. Gejala ini harus menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan.

Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau berkurangnya perhatian telah ada sebelum usia tujuh tahun.

Terdapat tiga tipe GPPH, tipe kombinasi, tipe predominan inatentif dan tipe predominan hiperaktif impulsif.

Ciri utama GPPH selalu timbul pada masa perkembangan dini ialah berkurangnya perhatian dengan aktivitas berlebihan. Anak seringkali bersikap nekad dan impulsif, mudah mengalami kecelakaan, sering melanggar tata tertib, sering seperti tidak sopan.

Dampak anak GPPH adalah perilaku antisosial, perilaku yang mengacau, kesulitan membaca, dan gangguan lain yang berhubungan dengan pelajaran, depresi, kenakalan remaja, dan ketergantungan obat-obatan.

Penanganannya bisa secara farmakologi, terapi multidisiplin, konseling keluarga, psikoterapi individual suportif.

ADA juga yang disebut gangguan bicara dan bahasa.

Diagnosa dini dan tepat dari gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa sangat penting, karena kelambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam pergaulan serta gangguan emosional dan perilaku.

Kendati sulit membedakannya dari variasi perkembangan normal, tapi terdapat empat kriteria utama yang memberi kesan terjadinya suatu gangguan bicara dan bahasa. Keempat hal itu yakni keparahannya, perjalanan penyakit, polanya, dan masalah yang menyertainya seperti defisit pelajaran, gangguan emosional dan perilaku, kelainan pergaulan.

Gangguan bicara dan bahasa harus dibedakan dengan retardasi mental, kelambatan perkembangan global, autisme, gangguan sekunder dari ketulian yang berat, kelainan saraf juga kelainan pada langit-langit mulut, dll.

Macam-macam gangguan bicara dan bahasa adalah:

– Gangguan artikulasi berbicara khas

– Gangguan berbahasa ekspresif (gangguan dimana anak tidak mampu mengekspresi kan bahasa lisan/ ucapan di bawah rata-rata usia mentalnya tapi pengertian bahasa dalam batas normal)

– Gangguan berbahasa reseptif (anak tidak mampu untuk mengerti bahasa di bawah rata-rata usia mentalnya)

Penanganannya melalui terapi wicara

GANGGUAN perkembangan belajar khas. Gangguan ini terdiri dari sekelompok gangguan yang ditandai adanya hendaya khas dan bermakna dalam belajar keterampilan sekolah. Hendaya ini bukan karena retardasi mental, defisit neurologis, gangguan visus dan gangguan pendengaran yang tidak diperbaiki atau gangguan emosi. Sering biasanya gangguan ini timbul dengan GPPH dan gangguan perkembangan khas berbicara atau berbahasa.

Macam-macam gangguan perkembangan belajar khas:

– Gangguan membaca dan mengeja
– Gangguan berhitung khas (akalkulia)
– Gangguan belajar campuran

Gangguan ini bisa ditangani dengan intervensi pendidikan tergantung kepada keparahan, biasanya perlu remedial teaching. Bila gangguannya berat mungkin perlu mengikuti sekolah khusus.

BERBAGAI gangguan jiwa pada anak maupun remaja seringkali tidak dapat kita cegah, bahkan terkadang sulit diatasi. Namun dengan kesabaran dan penatalaksanaan yang tepat– dengan mengikutsertakan para ahli, anggota keluarga dan tentu saja dengan pertolongan Allah Swt– cobaan itu niscaya akan terasa lebih ringan. Selain itu anakpun dapat dikembangkan secara optimal meski dalam keterbatasannya.

JANGAN LEWATKAN